Jumat, 31 Mei 2013

Vitamin B-6 Kekurangan Apakah Lazim di Pedesaan dan Perkotaan Anak Indonesia

  1. Judy A. Driskell 3

Abstrak

Vitamin B-6 status anak Indonesia dievaluasi dengan menentukan makanan vitamin B-6 asupan mereka, eritrosit alanin koefisien aktivitas aminotransferase dan piridoksal fosfat (PLP) konsentrasi plasma. Tiga puluh delapan kelas tiga anak SD (usia = 8-9 y) di pedesaan dan 39 di daerah perkotaan Bogor, Jawa Barat, Indonesia, secara sukarela menjabat sebagai subyek. Subyek termasuk 39 laki-laki dan 38 siswa perempuan. Rerata vitamin B-6 asupan subyek adalah 0,57 mg / d. Lima puluh lima persen dari anak-anak dilaporkan mengkonsumsi <0,5 mg / d vitamin B-6 (1998 Estimasi Rata-rata Kebutuhan bagi mereka 4-8 y). Eritrosit alanine aminotransferase koefisien aktivitas ≥ 1,25 diamati pada 30%, dan konsentrasi PLP plasma ≤ 30 nmol / L diamati pada 25%, nilai-nilai ini dianggap sebagai indikasi vitamin B-6 tidak mampu. Persentase sama subyek pria dan wanita memiliki memadai B-6 status vitamin. Signifikan lebih ( P <0,05) anak pedesaan daripada perkotaan memiliki memadai B-6 status vitamin sebagaimana dinilai oleh tiga indeks. Vitamin B-6 ketidakmampuan ditemukan menjadi lazim di kalangan anak-anak Indonesia, terutama yang tinggal di daerah pedesaan.
Kekurangan gizi sering ditemukan pada anak-anak di negara berkembang ( Pollitt 1990 ). Program intervensi pangan dan gizi sering dirancang untuk membantu menghilangkan masalah gizi dominan. Sebuah program suplementasi makanan dilaksanakan pada tahun 1996 di Indonesia ( Syarief et al. 1996 ) untuk alasan ini. Informasi mengenai vitamin B-6 status anak Indonesia tidak ada, tidak pula data yang tersedia pada asupan vitamin mereka.
Saat ini, ada indeks tunggal status vitamin B-6 dianjurkan. Kebanyakan peneliti menggunakan dua atau lebih indeks penilaian dalam studi mereka ( Driskell 1994 , Leklem 1990 ). Reynolds (1990) menunjukkan bahwa yang paling mendasar, tetapi belum tentu yang terbaik, indeks vitamin B-6 status seorang individu mungkin jumlah vitamin dalam makanan biasanya dikonsumsi ( Reynolds 1990 ). SGPT (EALAT) eritrosit 4 koefisien aktivitas sering digunakan dalam penilaian B-6 status vitamin dan dianggap sebagai indikator status jangka panjang karena masa hidup eritrosit ( Driskell 1994 , Leklem 1990 ). Plasma piridoksal fosfat (PLP) tingkat telah menjadi yang paling dapat diterima dan paling banyak digunakan B-6 indeks status vitamin dalam dekade terakhir ( Driskell 1994 ). Leklem (1990) menyarankan PLP sebagai indeks tambahan yang sesuai dari B-6 status vitamin, karena itu adalah bentuk utama vitamin B-6 dan melintasi semua membran dalam kondisi postprandial. Pada manusia, konsentrasi PLP plasma telah berkorelasi dengan makanan vitamin B-6 asupan ( Leklem 1991 ).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi vitamin B-6 status kelas tiga anak SD (usia = 8-9 y) di Bogor, Jawa Barat, Indonesia, dengan tiga kriteria Status umum digunakan: vitamin B-6 diet intake, EALAT koefisien aktivitas dan konsentrasi PLP plasma. Perbandingan dibuat antara data yang diperoleh oleh tiga metodologi serta antara jenis kelamin dan pedesaan vs perkotaan daerah pemukiman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar